laporan praktikum organik c

LAPORAN PRAKTIKUM
Logo-Unej-Bakucompress
PENETAPAN KADAR ORGANIK
Oleh:
Golongan B/Kelompok 2
                        1. Nela Oktaviana                                   (151510501080)
            2. Izzul Lubaba                                         (151510501114)
            3. Ayomi Hadi S.                                     (151510501134)
4. Irvan M. Fadhilah                                 (151510501237).
5. Husnul Khotimah                                 (151510501150)
6. Ku Nadila A.                                        (151510501115)
7.Saifur Ridal                                            (151510501048)





LABORATORIUM KESUBURAN TANAH
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017



BAB 1. PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Tanah adalah bagian tubuh alam atau kerak bumi yang tersusun atas bahan mineral dan organik. Selain itu tanah merupakan  akumulasi tubuh alam bebas, berdimensi tiga, yang menduduki sebagian besar dibumi yang mampu menumbuhkan tanaman. Pembentukan tanah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya iklim, topografi, jasad hidup, bahan induk dan waktu pembentukan tanah. Pelapukan yang terjadi pada bahan induk yang akan menentukan tingkat kesuburan atau unsur hara pada tanah. Tanah mempunyai partikel penyusunnya berupa pasir, debu, dan liat. Di dalam tanah terdapat mineral, unsur hara, air, udara, dan banyak mikroorganisme yang hidup didalam tanah.
Tanah merupakan media utama yang diguanakan oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Kandungan yang terdapat didalam tanah tidak selamanya akan terpenuhi dan dapat berkurang karena adanya factor alam seperti erosi yang mempengaruhi sehingga kandungan dalam tanah tersebut hilang terbawa air. Didalam tanah terdapat unsur hara, unsur hara dalam tanah agar dapat mendukung kesuburan tanah salah satunya adalah kandungan c-organik. Kandungan c-organik pada tanah merupakan suatu unsur yang dapat meningkatkan tingkat kesuburan pada tanah. Bahan organik adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat didalam tanah.
Bahan organik tanah merupakan indikator kesuburan tanah karena bahan organik merupakan kumpulan senyawa-senyawa organik yang telah mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme yang ada di dalam tanah. Kandungan bahan organik pada tanah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti iklim, tipe penggunaan lahan, relief, serta aktifitas manusia. Kandungan bahan organik tanah diasumsikan sebagai sumber utama N tanah pada lokasi penelitian. Jenis penggunaan lahan yang memiliki kandungan bahan organik tanah yang tinggi akan memiliki kandungan N tanah yang tinggi (Khalif, 2014).
Bahan organik tanah berpengaruh terhadap sifat fisika dan sifat biologi pada tanah sehingga juga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan pada tanaman. Sehingga perlu adanya penigkatan bahan organik pada tanah untuk menunjang nutrisi yang digunakan sebagai proses pertumbuhan oleh tanaman. Dalam usaha dibidang pertanian khususnya bahan organik sangat untuk menunjang proses budidaya pertanian yang berkaitan langsung dengan keharaan atau unsur hara pada tanaman. Pada saat ini masayarakat lebh banyak menggunakan bahan organik sebagai penambahan usnur hara pada tanaman karena hasilnya lebih dihargai atau hasil pertanian yang ramah lingkungan.
  

1.2  Tujuan
Untuk mengetahui kadar oranik yang terdapat pada tanah.


















BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Perhitungan C-organik tanah penting dilakukan, hal tersebut dikarenakan kandungan C-organik menentukan kandungan bahan organik. Nilai C-organik dijadikan acuan dalam menentukan kandungan bahan organik dengan konversi C-organik menjadi bahan organik adalah persentase C-organik dikalikan dengan faktor 1,724. Kandungan C-organik beragam mulai dari 45%-60% dengan rata-rata 50% dimana kandungan C termasuk perakaran dan edafon yang masih hidup dimana hal tersebut tidak rancu dengan kandungan humus (Sutanto, 2005).
Nilai C-organik dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kedalaman tanah. Nilai C-organik pada kedalaman tanah yang semakin tinggi akan diperoleh nilai C-organik yang rendah. Kondisi tersebut disebabkan oleh kebiasaan petani yang memberikan bahan organik dan serasah pada permukaan tanah sehingga bahan organik tersebut mengalami pengumpulan pada bagian atas tanah dan sebagian mengalami pelindihan ke lapisan yang lebih dalam. Nilai C-organik pada bagian tanah top soil menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan sub soil dan didalamnya (Sipahutar dkk., 2014).
Sebaran luasan tanah yang mengandung C-organik berkorelasi negatif. Nilai C-organik pada analisa sampel lahan yang kecil maka diperoleh nilai C-organik yang tingi. Nilai C-organik rendah apabila dilakukan analisa sampel lahan yang luas, sehingga pada semakin tinggi luas wilayah yang diambil maka status C-organik rendah. Kondisi tersebut disebabkan oleh perlakuan yang diberikan oleh petani dalam agroekosistemnya berbeda, petani memiliki kebiasaan membersihkan lahan setelah panen sehingga mempengaruhi kandungan bahan organiknya (Ompusunggu dkk., 2015).
Nilai C-organik memiliki hubungan yang positif dengan nilai bahan organik. Bahan organik yang tinggi maka nilai C-organiknya juga tinggi, hal tersebut dikarenakan C-organik merupakan komponen penyusun dalam bahan organik. Bahan organik diperoleh dari sisa-sisa bahan makhluk hidup dimana terdapat berbagai macam unsur hara yang dapat berguna bagi tanaman, salah satunya unsur karbon (Ginting dkk., 2013).
Nilai C-organik juga dipengaruhi oleh aktivitas mikroorganisme didalam tanah. C-organik yang merupakan bagian dari bahan organik, keberadaanya diakibatkan oleh akitivitas dekomposisi yang dilakukan oleh mikroorganisme. Aktivitas mikroorganisme yang semakin tinggi maka terdapat potensi untuk meningkatnya kandungan C-organik dalam tanah. Aktivitas mikroorganisme memacu laju dekomposisi dari bahan organik dan ketersediaan C-organik salah satunya (Haney et. al., 2012).
Penggunaan lahan dan pengelolaan lahan juga menjadi faktor terpenting dalam menentukan nilai C-organik tanah. Penggunaan lahan untuk tanaman yang mampu meningkatkan bahan organik lebih tinggi maka akan diperoleh kadar C-organik yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan lahan untuk tanaman yang hanya menyumbang bahan organik yang rendah dalam aktivitas pertumbuhannya.Pengelolaan lahan mempengaruhi sebaran bahan organik pada lahan dengan kedalaman tertentu sehingga juga mempengaruhi nilai C-organik pada sampel tanah tertentu dan kedalaman tertentu (Bardule et. al., 2017).
Nilai C-organik menentukan produksi yang dihasilkan oleh tanaman sebagai akibat dari dukungan tanah sebagai media tanam. Kandungan C-organik yang tinggi maka dapat meningkatkan hasil produksi dari tanaman, karena tanaman mampu menyerap unsur hara yang tinggi untuk proses pertumbuhan yang optimal. C-organik dapat meningkatkan tekstur tanah dan agregasi tanah yang nantinya akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman (Hugar et. al., 2012).










BAB 3. METODE PRAKTIKUM

2.1    Waktu dan Tempat
Acara praktikum “Penetapan Karbon Ornik” dilaksanakan pada tanggal 4 April 2017 pukul 06.30 WIB sampai selesai di Laboratorium Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Jember.

2.2    Alat dan Bahan
2.2.1   Alat
1.    Kalorimeter
2.    Labu Ukur 100 ml
3.    Pendingin
4.    Pipet Volume
5.    Karet Penghisap


6.2.2        Bahan
1.        Asam Sulfat Pekat
2.        Kalium Dikromat 2N


6.3    Pelaksanaan Praktikum
1.    Menimbang 0,500 g contoh tanah ukur <0,5 mm dimasukkan kedalam labu ukur. 
2.    Menimbang 5 ml K2Cr2O7 2N lalu dikocok.
3.    Menambahkan 7,5 ml H2SO4 pekat dikocok lalu didiamkan selama 30 menit.
4.    Mengencerkan dengan air murni, didinginkan dan diimpitkan.
5.    Mengukur extinctionnya dengan kalorimeter dengan keesokan harinya dengan panjang gelombang 561 nm.
6.    Sebagai pembanding membuat deret standar 0-250 ppm dengan interval standar 50 ppm sehingga diperoleh deret 0 ppm, 25 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm dan 250 ppm.
7.    Langkah untuk memperoleh deret adalah dengan memipet 0; 0.5; 1; 2; 3; 4; dan 5 dari standar 5000 ppm glukosa 5000 ppm kedalam labu ukur 100 ml dengan setiap deret sendiri-sendiri dan diperlukan sama dengan pengerjaan contoh yaitu menambahkan 5 ml K2Cr2O7 2N lalu dikocok.
8.    Menambahkan 7,5 ml H2SO4 pekat dikocok lalu didiamkan selama 30 menit.
9.    Mengencerkan dengan air murni dinginkan dan diimpitkan masing-masing deret.


6.4    Variabel Pengamatan
Variabel pengamatan yang digunakan yaitu menetukan nilai karbon organik tanah.


6.5    Analisis Data
Data berupa hasil variabel pengamatan yang diperoleh dalam praktikum, selanjutnya akan dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif.











BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1    Hasil
4.1.1   Grafik  Pengamatan Kadar Air Sampel Tanah (%)

4.1.2   Grafik Pengamatan Kadar C-Organik (%)


4.2    Pembahasan
Berdasarkan data (Gambar 1), diperoleh hasil bahwa sampel tanah alfisol memiliki kadar air lebih tinggi daripada sampel tanah lainnya. Menurut Panggabean dkk. (2016), semakin tinggi (%) kadar air pada tanah maka akan semakin tinggi pula populasi bakteri. Kondisi kadar air yang cukup banyak dapat menunjang pertumbuhan mikroorganisme pada tingkat kelembaban yang tinggi. Indikator mikroorganisme sebagai salah satu parameter kualitas biologi tanah, artinya semakin banyak populasi mikroorganisme maka akan semakin subur suatu tanah tersebut.
Tanah alfisol mengandung horizon dari akumulasi lempung sehingga memiliki daya ikat terhadap air lebih kuat daripada tanah regosol dengan tekstur pasir berlempung. Sedangkan pada tanah vertisol memiliki tekstur lempung liat hingga liat, dimana ketika basah bersifat sangat lekat dan plastis, mengindikasikan kadar air yang cukup banyak didalamnya (Noor, 2014). Kemudian, tanah regosol coklat raung memiliki tekstur pasir berlempung dan struktur granular dengan karakterisitik warna, yaitu coklat tua-kekuningan. Berbeda dengan regosol kelabu yang memiliki tekstur lebih berpasir sehingga air mudah lepas dan tercuci (Rahayu dkk., 2015).
Kadar C-organik menunjukkan kandungan bahan organik dalam tanah. Bahan organik sebagai sumber hara makro dan mikro tanaman juga menjadi sumber nutrisi bagi mikroorganisme tanah yang berpengaruh terhadap populasi dan aktivitasnya. Bahan organik yang tinggi menunjukkan sifat tanah yang masam. Sebaliknya, kandungan unsur organik yang rendah mengindikasikan bahwa tanah bersifat basa (Sagala dkk., 2015).
Hasil pengamatan menunjukkan kandungan C-organik pada keempat sampel dengan jenis tanah yang berbeda tergolong sangat rendah (Gambar 2). Perlu diketahui, bahwa kriteria C-organik terdiri atas sangat rendah (<1,00), rendah (1,00-2,00), sedang (2,01-3,00), tinggi (3,01-5,00), dan sangat tinggi (>5,00). Rata-rata kadar C-organik pada sampel tersebut adalah 0,001 % dengan sampel pada jenis tanah vertisol memiliki kandungan paling tinggi, yaitu 0,004 %.
Umumnya, kadar C-organik yang rendah disebabkan oleh daerah sampling tanah yang beriklim kering dengan vegetasi penutup tanah yang sedikit, temperatur rata-rata yang tinggi, sehingga proses pelapukan bahan organik menjadi lebih intensif, menyebabkan kehilangan C-organik tanah menjadi lebih cepat (Susila, 2013).
Ini juga dapat dilihat dari sifat jenis sampel tanah, yaitu regosol, alfisol, dan vertisol. Tanah regosol memiliki tekstur pasir berlempung dengan struktur granular sedang, berbahan induk abu vulkan, mergel, atau pasir pantai yang bersifat mudah tercuci dan mengandung sedikit unsur hara. Tanah alfisol memiliki unsur hara yang miskin baik makro maupun mikro dengan kandungan bahan organik rendah. Kandungan C-organik, umumnya lebih dominan pada tanah dengan tekstur lempung. Tekstur berpasir pada tanah regosol menunjukkan kadar C-organik rendah, sedangkan pada tanah vertisol dengan tekstur lempung liat menunjukkan kadar C-organik yang lebih tinggi. Perbedaan pada kandungan C-organik dapat ditinjau dari tingkat kemasaman atau pH. Berdasarkan pengamatan sebelumnya, pH memiliki sifat rata-rata netral. Artinya, sedikit kandungan bahan organik yang ada.
            Berdasarkan penetapan kadar air tanah, maka diperoleh bahwa tanah bertekstur lempung memiliki daya retensi lebih kuat daripada pasir. Porositas atau pori-pori tanah sangat menentukan kemampuan tanah dalam menjerap air. Semakin besar pori-pori tanah maka kemampuan tanah menjerap air akan semakin kecil. Oleh karena itu, tanah lempung memiliki sifat lebih baik atau subur dibandingkan lainnya. Tanah subur, umumnya dikategorikan dengan pH netral (atau tidak berbeda jauh). Sifat kemasaman tanah ditunjukkan dengan kandungan bahan organik (C-organik) yang tinggi. Artinya, semakin tinggi kadar air maka semakin rendah kandungan C-organik yang ada (Rusdiana dan Lubis, 2012).






BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum “Penetapan Kadar Organik Tanah” yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa nilai c-organik tergantung pada jenis tanah dan lokasi pengambilan sampel. Tanah yang telah mengalami pelapukan lanjut mengandung bahan organik yang tinggi sehingga nilai c-organiknya juga tinggi.

5.2 Saran
            Berdasarkan praktikum “Penetapan Kadar Organik” yang telah dilakukan, saya menyarankan bahwa untuk praktikum selanjutnya sebaiknya setiap langkah kerja praktikum diperhatikan dan dikerjakan semaksimal mungkin untuk mengurangi resiko kesalahan dalam pembacaan maupun perhitungan nilai. Kesalahan perhitungan agar tidak terulang kembali, karena akan menyulitkan dalam pencarian data dengan golongan lain.
















DAFTAR PUSTAKA

Bardule, A., A. Lupikis, A. Butlers, And A. Lazdins. 2017. Organic Carbon Stock In Different Types Of Mineral SoilsIn Cropland And Grassland In Latvia. Zemdirbyste Agriculture, 104(1): 3-8.

Haney, R. L., A. J. Franzluebbers, V. L. Jin, M. V. Johnson, E.B. Haney, M. J. White, and R. D. Harmel. Soil Organic C:N vs. Water-Extractable Organic C:N .Soil Science, 2(1): 269-274.

Hugar, G. M., V. Sorganvi, and G. M. Hiremath. 2012. Effect of Organic Carbon on Soil Moisture. Natural Sciences, 3(15): 1191-1235.

Ginting, R., Razali, dan Z. Nasution. 2013. Pemetaan Status Unsur Hara C-Organik Dan Nitrogen Di Perkebun Nanas (Ananas Comosus L. Merr) Rakyat Desa Panribuan Kecamatan Dolok Silau Kabupaten. Agroekoteknologi, 1(4): 1308-1319.

Khalif, U., S. Utami, dan Z. Kusuma. 2014. Pengaruh Penanaman Sengon (Paraserianthes falcataria) Terhadap Kandungan C dann Tanah Di Desa Slamparejo,Jabung,Malang. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan. 1(1): 09-15.

Noor, D. 2014. Geomorfologi. Yogyakarta: Deepublish.

Ompusunggu, G. P., H. Guchi, dan Razali. Pemetaan Status C-Organik Tanah Sawah Di Desa Sei Bamban, Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai. Agroekoteknologi, 4(1): 1830-1837.

Panggabean, N., T. Sabrina, dan K.S. Lubis. 2016. Populasi Bakteri Tanah pada Piringan Tanaman Kelapa Sawit Akibat Pemberian Pupuk NPK Komplit. Agroekoteknologi, 4(3): 2069-2076.

Rusdiana, O. dan R.S. Lubis. 2012. Pendugaan Korelasi antara Karakteristik Tanah terhadap Cadangan Karbon (Carbon Stock) pada Hutan Sekunder. Silvikultur Tropika, 3(1): 14-21.

Sagala, W.A., D. Elfiati, dan Delvian. 2015. Keberadaan Fungi Pelarut Fosfat pada Tanah Bekas Kebakaran Hutan di Kabupaten Samosir. Peronema Forestry, 4(2): 1-7.

Sipahutar, A. H., P. Marbun, dan Fauzi. 2014. Kajian C-Organik, N Dan P Humitropepts pada Ketinggian Tempat yangBerbeda di Kecamatan Lintong Nihuta. Agroekoteknologi, 2(4): 1332-1338.

Sumarni, T. 2014. Upaya Optimalisasi Kesuburan Tanah melalui Pupuk Hijau Orok-Orok (Crotalaria juncea) pada Pertanaman Jagung (Zea mays L.). Seminar Nasional Lahan Suboptimal: 368-377.

Susila, K.D. 2013. Studi Keharaan Tanaman dan Evaluasi Kesuburan Tanah di Lahan Pertanaman Jeruk Desa Cenggiling, Kecamatan Kuta Selatan. Agrotop, 3(2): 13-20.

Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Kanisius.

Komentar

  1. Harrah's Las Vegas - MapyRO
    Harrah's Las Vegas · D. The Casino. D. The Hotel 보령 출장샵 and Casino is located on 3rd floor · 영주 출장안마 The LINQ Promenade · Flamingo 광주 출장샵 Las Vegas Hotel and Casino. · 대전광역 출장마사지 Casino 김제 출장마사지

    BalasHapus

Posting Komentar